LAPORAN LENGKAP
KIMIA FISIKA
“TERMODINAMIKA”
OLEH
:
KELOMPOK : II (DUA)
KELAS : STIFA A 2017
ASISTEN : Ferdy Winardy, S.Farm
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Termodinamika
memainkan peran penting dalam analisis sistem dan piranti yang ada didalamnya
terjadi perpindahan formasi energi. Implikasi termodinamika bercakupan jauh,
dan penerapannya membentang keseluruh kegiatan manusia. Bersamaan dengan
sejarah teknologi kita, perkembangan sains telah memperkaya kemampuan kita
untuk memanfaatkan energi dan menggunakan energi tersebut untuk kebutuhan
masyarakat. Kebanyakan kegiatan kita melibatkan perpindahan energi dan
perubahan energi.
Termodinamika
merupakan ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas tentang hubungan
antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi didalam
alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu
energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnetik,
energi akibat gaya magnet dan lain-lain. Energi dapat berubah dari satu bentuk
ke bentuk lain, baik secara alamiah maupun hasil rekayasa teknologi. Selain itu
energi dialam semesta bersifat kekal. Tidak dapat dibangkitkan atau
dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energindari satunbentuk menjadi
bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai
prinsip konservasi atau kekebalan energi.
Ilmu termodinamika
merupakan ilmu yang berupaya untuk memprediksi perpindahan energi yang mungkin
terjadi antara material atau benda sebagai akibat dari perbedaan suhu. Ilmu
termodinamika mengajarkan bahwa transfer
energi yang dimaksud didefinisikan sebagai panas. Ilmu perpindahan panas tidak
hanya menjelaskan bagaimana energi panas dapat ditransfer, akan tetapi juga
untuk memprediksi tingkat dimana pertukaran berlangsung di bawah kondisi
tertentu. Menurut jenis perambatannya, perpindahan panas digolongkan menjadi
tiga yaitu perpindahan panas secara konduksi, konveksi dan radiasi.
Secara umum
termodinamika mempelajari tentang reaksi. Reaksi yang menyerap panas atau kalor
dari lingkungan ke sistem disebut reaksi eksoterm sedangkan reaksi yang
melepaskan panas atau kalor dari sistem ke lingkungan disebut reaksi eksoterm.
Penerapan
hukum termodinamika dalam bidang farmasi adalah penggunaan energi panas dalam pengobatan, misalnya diagnostik
termografi (mendeteksi temperatur permukaan kulit), pembuatan emulsi dengan
bantuan emulgator, dan termometer bimetal mekanik keping bimetal memiliki dua
buah keping logam. Kepingan ini dapatmelengkung jika terjadi perubahan suhu.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk
mengetahui dan memahami peristiwa termodinamika dan untuk membuktikan
hukum-hukum termodinamika.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
1.
Untuk mengetahui bagaimana panas pelarut (endoterm) pada sampel C6H8O7
(asam sitrat) dengan penambahan H2O.
2.
Untuk mengetahui bagaimana panas reaksi (eksoterm) pada sampel CaCO3
(kalium karbonat) dengan peanambahan HCl.
I.2.3 Prinsip Percobaan
I.2.3.1 prinsip percobaan
eksoterm
Terjadi perpindahan kalor dari sistem ke
lingkungan yang menghasilkan suhu panas. Dalam penentuan suhu dilakukan
pengamatan terhadap perubahan temperatur menggunakan termometer dengan waktu tertentu.
I.2.3.2 Prinsip Percobaan Endoterm
Terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke
sistem yang membutuhkan suhu panas. Dalam penentuan suhu dilakukan pengamatan
terhadap perubahan temperatur menggunakan termometer dengan waktu tertentu.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1
Teori Umum
Termodinamika mempelajari hubungan bermacam-macam bentuk tenaga dalam
suatu sistem. Seperti diketahui tenaga ada bermacam-macam, misalnya tenaga
listrik, tenaga kimia, tenaga radiasi, tenaga cahaya, tenaga panas dan
sebagainya (Suhardjo, 1997).
Termodinamika berasal dari dua kata, yaitu thermal (yang berkenaan
dengan panas) dan dinamika (yang
berkenaan dengan pergerakan). Jadi termodinamika adalah ilmu mengenai fenomena
tentang energi yang berubah-ubah karena pengaliran panas dan usaha yang
dilakukan (Hani, 2010).
Tenaga yang
satu dapat diubah menjadi bentuk tenaga yang lain, misal tenaga kimia menjadi
tenaga listrik atau panas dan sebaliknya. Termodinamika hanya mempelajari
hubungan antara tenaga awal dan akhir dari sistem tersebut. Tenaga dari sistem
ialah jumlah tenaga potensial dan tenaga kinetiknya. Tenaga potensial yaitu
tenaga yang dimiliki oleh sistem karena kedudukannya (struktur sistem atau kedudukan
terhadap sistem lain) (Suhardjo, 1997).
Gambar 1. Kalorimeter
Sistem adalah bagian
dari suatu proses yang menjadi pusat perhatian atau sesuatu yang ingin
dipelajari. Sistem dapat berupa sebuah benda bebas yang sederhana atau sebuah
kilang bahan pengolahan bahan kimia yang kompleks. Sedangkan segala sesuatu
yang berada di luar sistem dikategorikan sebagai bagian dari lingkungan (surroundings)
sistem (Moran, 2003).
Jika kita mempelajari termodinamika maka kita menyorot suatu bagian
tertentu dari alam semesta yang disebut sistem. Segala sesuatu yang berada di
sekitar atau di luar sistem disebut lingkungan. Sistem dan lingkungannya dipisahkan
oleh batas-batas tertentu yang dapat nyata atau tidak nyata. Pertukaran energi
dan materi/massa dapat terjadi antara sistem dan lingkungannya. Karena adanya
pertukaran ini, sistem dapat dibagi atas tiga kelompok yaitu (Kasim, 2011) :
a.
Sistem tersekat
Sistem tersekat adalah apabila sistem
dan lingkungan tidak terjadi pertukaran energy dan/atau pertukaran materi
misalnya termos air yang ideal (isolator berfungsi dengan sempurna).
Contoh
sistem semacam itu adalah termos tempat menyimpan es, dengan dinding berupa dua
kaca berlapis perak di bagian dalam dan bagian luar, dan diantara keduanya
adalah ruang vakum yang berperan sebagai penyekat.
b.
Sistem tertutup
Sistem tertutup adalah jika pertukaran
energy antara sistem dan lingkungan dapat terjadi tetapi tidak terjadi
pertukaran materi antara keduanya. Contoh, sejumlah gas dalam silinder yang
dilengkapi dengan pengisap.
c.
Sistem terbuka
Sistem terbuka adalah jika pertukaran
energy dan pertukaran materi dapat terjadi, misalnya zat atau campuran dalam
gelas kimia terbuka. Contoh sederhana adalah sebutir telur, yang dindingnya
dapat tembus energi maupun zat, seperti oksigen untuk pernapasan dan garam-garam
yang berlangsung saat mengasinkan.
Terdapat beberapa hukum yang menjelaskan
tentang termodinamika, yaitu (Kasim, 2011) :
1.
Hukum ke nol termodinamika
Jika
ada dua sistem, masing-masing setimbang dengan suatu sistem ketiga, maka kedua
sistem harus setimbang satu dengan yang lain.
2.
Hukum pertama termodinamika
Jika sebongkah batu dijatuhkan, energi
potensialnya diubah menjadi energy kinetik. Sebaliknya “barbel” diangkat mak
energi kinetiknya diubah menjadi energi potensial. Secara umum, energi dapat
diubah dari satu bentuk ke bentuk lain. Energi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan. Energi total yang hilang oleh suatu sistem sama denagn energi
total yang diberikan oleh lingkungannya. Demikian juga, energi total yang
diberikan oleh sistem sama dengan energi yang hilang oleh lingkungan.
Pernyataan penting ini juga biasa disebut dengan hukum kekekalan energi.
3.
Hukum kedua termodinamika
Hubungan antara entropi dan kespontanan
reaksi dinytakan oleh hukum kedua termodinamika : entropi dari alam semesta
bertambah dalam proses spontan dan tidak berubah pada proses kesetimbangan.
Karena alam semesta terdiri atas sistem dan lingkungan, perubahan entropi dalam
alam semesta untuk setiap proses merupakan jumlah perubahan entropi sistem (∆Ssis)
dan perubahan entropi sistem (∆Slingk).
Proses
spontan (∆Stotal) = (∆Ssis) + (∆Slingk) >0
Proses
kesetimbangan (∆Stotal) = (∆Ssis) + (∆Slingk)
= 0
Untuk proses spontan hukum ini
menyatakan bahwa (∆Stotal) harus lebih besar dari nol, tetapi tidak menjelaskan
tentang (∆Ssis) atau (∆Slingk) akan negatif.
4.
Hukum ketiga termodinamika
Hukum ketiga termodinamika berhubungan
dengan penentuan nilai entropi. Susunan yang paling teratur dari setiap zat
dengan gerakan bebas atom atau molekul yang paling kecil adalah Kristal
sempurna pada nol mutlak (0 K). Menurut hukum ketiga termodinamika, entropi zat
kristal sempurna adalah nol pada suhu nol mutlak. Dengan naiknya suhu, gerakan
bebas juga naik. Jadi entropi setiap zat pada suhu di atas 0 K lebih besar nol.
Perlu diketahui bahwa jika kristal tidak murni maka entropi lebih besar
daripada nol.
Hal penting dari hukum ketiga
termodinamika adalah bahwa entropi mutlak dari zat dapat ditentukan dengan
hukum ini. Dengan pengetahuan bahwa entropi zat kristal murni adalah nol pada
suhu nol mutlak, kita dapat mengukur kenaikan entropi zat jika dipanaskan.
Perubahan entropi diberikan oleh :
∆S =
Sakhir - Sawal
∆S =
Sakhir – 0, jadi ∆S = Sakhir (karena Sakhir =
0)
Termodinamika melibatkan reaksi
eksoterm dan edoterm, eksoterm adalah sistem yang melepaskan kalor ke
lingkungan (∆H=-) sedangkan endoterm
adalah sistem yang menyerap kalor dari lingkungan (∆H =+).
Termodinamika melibatkan reaksi
eksoterm dan endoterm, eksoterm adalah sistem yang melepaskan kalor ke
lingkungan (∆H=-) contoh reaksi :
C(s) + O2(g) CO2(g) +393,5 kJ ; ∆H =
-393,5 kJ.
sedangkan endoterm adalah sistem yang menyerap
kalor dari lingkungan (∆H =+) contoh reaksi :
CaCo3(s)
CaO(s) + CO2(g) -178
kJ ; ∆H = +178,5 kJ
Tabel
perbedaan antara Eksoterm dan Endoterm
No
|
Eksoterm
|
Endoterm
|
1
|
Perubahan entalpi = ∆H < 0
|
Perubahan entalpi = ∆H > 0
|
2
|
Terjadi penurunan entalpi
|
Terjadi kenaikan entalpi
|
3
|
Reaksinya melepas kalor dan umumnya berlangsung
spontan
|
Reaksinya menyerap kalor dan umumnya tidak
berlangsung spontan
|
4
|
Energi panas/kalor pindah dari sistem ke lingkungan
(ditandai dengan suhu lingkungan naik)
|
Energi panas/kalor pindah dari lingkungan ke system
(ditandai dengan suhu lingkungan turun)
|
Contoh reaksi eksoterm dalam kehidupan sehari-hari yaitu, pembuatan es
batu, kondensasi hujan dari uap air, lilin menyala, besi berkarat, pembakaran
bensin dalam ruang bakar kendaraan sedangkan contoh endoterm yaitu mencairnya
es batu, penguapan air, pemanggangan roti, memasak roti dan lain-lain.
II.2
Uraian Bahan
1. Aquadest (Dirjen POM,1979,P.96)
Nama Resmi
|
:
|
AQUA
DESTILLATA
|
Nama Lain
|
:
|
Air suling
|
BM/RM
|
:
|
18,02/H2O
|
Pemerian
|
:
|
Cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
|
Penyimpanan
|
:
|
Dalam
wadah tertutup baik
|
Kegunaan
|
:
|
Sebagai
sampel
|
2. Asam Klorida (Dirjen
POM,1979,P.53)
Nama Resmi
|
:
|
ACIDUM
HYDROCHLORIDUM
|
Nama Lain
|
:
|
Asam
klorida
|
RM/BM
|
:
|
HCl/36.5
|
Pemerian
|
:
|
Cairan,
tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika diencerkan dengan dua bagian
air asap dan bau hilang
|
Kelarutan
|
:
|
Larut
dalam air tercampur penuh
|
Penyimpanan
|
:
|
Dalam
wadah tertutup rapat
|
Kegunaan
|
:
|
Sebagai
sampel
|
3. Asam Sitrat (Dirjen POM,2014,P.164)
Nama Resmi
|
:
|
CITRIC
ACID
|
Nama Lain
|
:
|
Asam
sitrat
|
RM/BM
|
:
|
C6H8O7/210
|
Pemerian
|
:
|
Hablur
bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus, putih, tidak
berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam. Bentuk hidrat dalam udara
kering
|
Kelarutan
|
:
|
Sangat
mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter
|
Penyimpanan
|
:
|
Dalam
wadah tertutup baik
|
Kegunaan
|
:
|
Sebagai
sampel
|
4. Kalsium Karbonat (Dirjen POM,1979,P.120)
Nama Resmi
|
:
|
CALCII
CARBONAS
|
Nama Lain
|
:
|
Kalsium
Karbonat
|
RM/BM
|
:
|
CaCO3/68,09
|
Pemerian
|
:
|
Serbuk
hablur, putih, tidak berbau, tidak
Berasa
|
Kelarutan
|
:
|
Praktis,
tidak larut dalam air, sangat sukar larut dalam air yang mengandung
Karbondioksida
|
Penyimpanan
|
:
|
Dalam
wadah tertutup
|
Kegunaan
|
:
|
Sebagai sampel
|
5. Kalium Bromat (Dirjen POM,1979,P.687)
Nama Resmi
|
:
|
POTASSIUM BROMIDE
|
Nama Lain
|
:
|
Kalium
Bromat
|
RM/BM
|
:
|
KBrO3/119.002
|
Pemerian
|
:
|
Serbuk
hablur, putih
|
Kelarutan
|
:
|
Pada suhu 15,5°C larut dalam 12,5
bagian air, dalam 2 bagian air mendidih ; sangat sukar dalam etanol (95%) P
|
Penyimpanan
|
:
|
Dalam
wadah tertutup
|
Kegunaan
|
:
|
Sebagai sampel
|
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1
Alat
Adapun alat yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu batang pengaduk, gelas beaker, kertas
perkamen, neraca analitik, pipet skala, sendok tanduk, thermometer.
III.1.2
Bahan
Adapun bahan yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu aquadest (H2O), asam klorida
(HCl), asam sitrat (C6H8O7) dan kalsium karbonat (CaCO3).
III.2 Cara Kerja
III.2.1
Panas Pelarutan (Endoterm)
a.
Panas pelarut dengan penambahan variasi (H2O) air suling
1. Ditimbang
asam sitrat (C6H8O7) yang setara dengan 0,001
mol (0,21 g).
2. Dimasukkan
asam sitrat (C6H8O7) ke dalam gelas beaker.
3. Ditambahkan
H2O sebanyak 0,5 ml (0,027 mol), 1 ml (0,055 mol) dan 2 ml (0,11
mol) ke dalam gelas beaker.
4. Diukur
suhu panas pelarut dengan termmometer.
b.
Panas pelarut dengan penambahan variasi (C6H8O7)
asam sitrat
1. Ditimbang
asam sitrat (C6H8O7) yang setara dengan 0,001
mol (0,21 g), 0,002 mol (0,42 g) dan 0,003 mol (0,63 g).
2. Dimasukkan
asam sitrat (C6H8O7) ke dalam gelas beaker.
3. Ditambahkan
H2O sebanyak 1 ml (0,055 mol) ke dalam gelas beaker.
4. Diukur
suhu panas pelarut dengan thermometer.
III.2.1
Panas Reaksi (Eksoterm)
1. Ditimbang
kalsium karbonat (CaCO3) yang setara dengan 0,01 (0,68 g) dan 0,02
mol (1,36 g).
2. Dimasukkan
kalsium karbonat (CaCO3) ke dalam gelas beaker.
3. Ditambahkan
HCl sebanyak 1 ml (0,055 mol) ke dalam gelas beaker.
4. Diukur
suhu panas reaksi dengan termometer.
BAB IV
HASIL
IV.1
Data Pengamatan
a. Endoterm
Tabel panas pelarut dengan variasi penambahan H2O
mol asam sitrat
|
H2O (Mol)
|
Suhu (oC)
|
0,001
|
0,5 mL (0,027 mol)
|
32oC
|
0,001
|
1 mL (0,055 mol)
|
31oC`
|
0,001
|
2 mL (0,11 mol)
|
29oC
|
Suhu
(°C)
Mol
Gambar 2. Grafik panas pelarut dengan variasi
penambahan H2O
b. Endoterm
Tabel panas pelarut dengan variasi penambahan
Asam sitrat
Mol Asam Sitrat
|
H2O (mol)
|
Suhu (oC)
|
0,001
|
1 mL (0,055 mol)
|
31oC
|
0,002
|
1 mL (0,055 mol)
|
30oC
|
0,003
|
1 mL (0,055 mol)
|
26oC
|
Suhu (°C)
Mol
Gambar 3. Grafik panas
pelarut dengan variasi penambahan asam sitrat
c. Reaksi
eksoterm
Mol CaCO3
|
HCl
|
Suhu (oC)
|
0,01 mol
|
1 mL (0,03 mol)
|
39oC
|
0,02 mol
|
1 mL (0,03 mol)
|
410C
|
Tabel panas pelarut dengan variasi penambahan
Asam sitrat
Suhu
(°C)
Mol
Gambar 4. Grafik panas reaksi dengan
variasi penambahan kalsium karbonat (CaCO3)
IV.2 Perhitungan
1. Perhitungan
variasi penambahan H2O
Untuk memperoleh asam sitrat (C6H8O7)
0,001 mol terlebih dahulu dihitung berapa banyak asam sitrat yang dibutuhkan.
Dengan rumus :
Diketahui : BM asam sitrat (C6H8O7)
= 210
Mol = 0,001
Ditanyakan
: g = …. ?
Penyeleasaian :
Untuk
mendapatkan berapa mol dalam tiap ml H2O dapat digunakan rumus :
Diketahui : BE H2O = 18 g
BJ H2O = 1
Ditanyakan :
Mol H2O 0,5 ml = …. ?
Mol H2O 1 ml = …. ?
Mol H2O 2 ml = …. ?
Penyelesaian :
a.
H2O 0,5 ml
b.
H2O 1 ml
c.
H2O 2 ml
2. Perhitungan
variasi penambahan Asam sitrat (C6H8O7)
Untuk memperoleh asam sitrat (C6H8O7)
0,001 mol, 0,002 mol dan 0,003 mol
terlebih dahulu dihitung berapa banyak asam sitrat yang dibutuhkan. Dengan
rumus :
Diketahui : BM asam sitrat = 210
Mol = 0,001, 0,002 dan 0,003
Ditanyakan : g = …. ?
Penyeleasaian :
a.
C6H8O7 0,001
mol
b.
C6H8O7 0,002
mol
c.
C6H8O7 0,003
mol
Untuk mendapatkan berapa mol dalam tiap
ml H2O dapat digunakan rumus :
Diketahui : BE H2O = 18 g
BJ H2O
= 1
Ditanyakan : Mol H2O 1 ml = …. ?
Penyelesaian :
3.
Perhitungan panas pelarut
Untuk memperoleh kalsium karbonat (CaCO3)
0,01 mol dan 0,02 mol terlebih dahulu dihitung berapa banyak asam sitrat yang
dibutuhkan. Denga rumus :
Diketahui : BM kalsium karbonat (CaCO3)=
68,09
Mol = 0,01 dan 0,02
Ditanyakan :
g = …. ?
Penyeleasaian :
a.
CaCO3
0,01
mol
gram kalium karbonat
b.
CaCO3
0,002
mol
gram kalium karbonat
Untuk mendapatkan berapa mol dalam tiap
ml HCl dapat digunakan rumus :
Diketahui : BE HCl = 36,5 g
BJ HCl = 1,18
Ditanyakan : Mol HCl 1 ml = …. ?
Penyelesaian :
IV.3 Hasil Reaksi
CaCO3 + 2HCl
→ CaCl2 + H2O + CO2
BAB V
PEMBAHASAN
Termodinamika adalah ilmu yang mempengaruhi perpindahan atau perubahan
kalor. Dalam termodinamika dikenal dengan adanya sistem dan lingkungan yang
terdapat pada reaksi eksoterm dan endoterm. Pada percobaan kali ini dilakukan pengamatan
terhadap reaksi eksoterm dan endoterm. Endoterm ditandai dengan penurunan suhu
suatu reaksi sedangkan eksoterm ditandai dengan kenaikan suhu suatu reaksi.
Pada endoterm digunakan sampel asam sitrat ditambahkan H2O. Asam
sitrat 0,001 mol (0,21 g) ditimbang terlebih dahulu, lalu dimasukkan kedalam
gelas beaker. Setelah itu, dimasukan H2O sebanyak 0,5 ml (0,027
mol), 1 ml (0,055 mol) dan 2 ml (0,11 mol) kedalam gelas beaker. Kemudian, diukur
suhunya pada penambahan 0,5 ml (0,027 mol) H2O diperoleh suhu 32oC,
pada penambahan H2O 1 ml (0,055 mol) diperoleh suhu 31oC
dan pada penambahan H2O 2 ml (0,11 mol) diperoleh suhu 29°C. Pada
variasi penambahan H2O 0,001 mol (0,21 g) ditimbang terlebih dahulu,
lalu dimasukkan kedalam gelas beaker. Setelah itu, ditambahkan H2O sebanyak 1
ml (0,027 mol) dan diperoleh suhu 31°C, hal yang sama juga dilakukan pada
penambahan asam sitrat 0,002 mol (o,42 g) diperoleh suhu 30°C dan pada
penambahan asam sitrat 0,003 mol (0,63 g) diperoleh suhu 26°C.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi eksoterm dan endoterm ialah
konsentrasi suatu larutan dan keadaan lingkungan sekitarnya.
Sebelum melakukan percobaan, gelas beaker terlebih dahulu dibungun
dengan steroform. Hal tersebut dilakukan agar lingkungan dan sistem tidak
terpengaruh oleh keadaan maupun panas dari luar.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Pada percobaan panas pelarut (endoterm) didapatkan hasil bahwa
semakin banyak penambahan mol H2O maka suhu semakin menurun.
2. Pada percobaan panas reaksi
(eksoterm) didapatkan hasil bahwa semakin banyak penambahan mol HCl maka suhu
akan semakin meningkat.
V.2 Saran
Sebaiknya
metode pada percobaan praktikum juga dilakukan percobaan fisika bukan cuma percobaan kimia agar
kita dapat membandingkan percobaan dari segi fisika maupun kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III.
Departemen Kesehatan
Republik
Indonesia : Jakarta.
Hani, A.R dan Handoko Riwidikko. 2007. Fisika Kesehatan. Nuha Medika :
Yogyakarta
Moran, M.J dan Howard N. S. 2003. Termodinamika Teknik Edisi ke-4.
Erlangga :
Jakarta.
Kasim, S. 2011. Kimia Dasar. Universitas Hasanuddin : Makassar.
Rokhmad. 2005. Kimia. Penerbit Andi : Yogyakarta.
Suhardjo. 1997. Kimia Fisika. Penerbit Renike Cipta : Jakarta.