Senin, 20 November 2017

LAPORAN LENGKAP FISIKA DASAR TENTANG PENDINGINAN NEWTON



LAPORAN PRAKTIKUM FISISKA DASAR
“PENDINGINAN NEWTON”


images.jpg



OLEH :
KELOMPOK VII
KELAS STIFA A 2017
ASISTEN : MILASARI RUSLAN


LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
I.1  Latar Belakang
        Fisika sebagai salah satu ilmu dasar dibidang sains punya andil yang besar terhadap perkembangan pengetahuan dan teknologi, karena banyak penemuan-penemuan yang besar dan berpengaruh besar lahir dari ilmu fisika.
        Salah satu hal yang dipelajari dalam ilmu fisika adalah kalor, beberapa peristiwa alam yang terjadi dalam kehidupan sehari–hari seperti penghantaran panas matahari, penguapan air, peleburan es, hingga pendinginan air pun behubungan dengan kalor. Dalam proses pendinginan banyak faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan penurunan suhu, diantaranya temperatur lingkungan, luas permukaan, hingga aliran udara lingkungan.
        Peristiwa Pendinginan Newton banyak di jumpai bidang kefarmasian (metode pengobatan). Salah satunya dalam metode konduksi contohnya penggunaan handuk panas, cara ini efektif untuk pengobatan kejang otot dan radang akut sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus. Sedangkan dalam metode radiasi digunakan untuk pemanasan permukaan tubuh menggunakan inframerah, sedangkan dalam metode gelombang ultrasonik, transduser piezo elektrik diletakkan langsung pada jaringan yang akan diobati. Penggunaan medote ini lebih efektif pada tulang belakang oleh karena tulang lebih banyak menyerap panas.
I.2  Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
        Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk memahami konsep hukum Pendinginan Newton.



I.2.2  Tujuan Percobaan
        Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.    Mengetahui teori  tentang Pendinginan Newton
2.    Mengetahui rumus untuk menentukan kalor jenis suatu zat.
I.3  Prinsip Kerja
        Adapun prinsip kerja pada percobaan ini adalah untuk menaikkan suhu suatu sampel sampai 80ºC, kemudian menghitung waktu suatu sampel hingga suhu sampel tersebut turun secara bertahap sampai 50ºC.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1  Teori Umum
        Jika dua benda memiliki suhu yang berbeda atau dua bagian dari suatu benda memiliki suhu yang berbeda maka panas akan mengalir dari benda (bagian benda) yang bersuhu tinggi ke benda (bagian benda) yang bersuhu rendah. Panas selalu mengalir dengan spontan dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin (Ahmadi, 2007).
        Hukum pendinginan newton menyatakan bahwa laju perubahan perbandingan suhun suatu benda sebanding dengan perbedaan antara suhu sendiri dan suhu ambien (yaitu suhu sekitarnya), Hukum Newton membuat pernyataan tentang tingkat perubahan suhu. Hukum Newton yang dimaksud disini, bukanlah hukum newton yang berkaitan dengan [Hukum I Newton (F=O), Hukum II Newton (F=m.a), dan Hukum III Newton (Faks=Ffraksi)], melainkan Hukum Newton (Pendinginan Newton) yang berkaitan dengan Hukum Termodinamika (Halliday, 1992).
          Panas dapat dipindahkan dari suatu sistem ke sistem lain yang suhunya berbeda. Seperti pada batang logam yang dipanasi di satu sisi maka lama kelamaan suhu sisi lain juga akan naik. Setiap bahan memiliki kemampuan untuk menghantarkan yang berbeda-beda. Konduktivitas panas suatu zat menunjukkan kemampuan suatu zat dalam menghantarkan panas per satuan ketebalan medium, persatuan luasan dan persatuan suhu. Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari suatu daerah kedaerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut dari temperatur fluida yang lebih tinggi ke fluida lain yang memiliki temperatur yang lebih rendah. Perpindahan panas pada umumnya dapat dibedakan menjadi 3 cara perpindahan panas yang berbeda: konduksi (conduction, juga dikenal dengan istilah hantaran), konveksi (convection, juga dikenal dengan istilahsa aliran), radiasi (radiation, juga dikenal dengan istilah pancaran) (Nanik, 2014).
a.    Konduksi
        Peristiwa perpindahan panas secara konduksi terjadi pada media atau bahan padat. Perilaku konduksi dalam bahan ditunjukan oleh perambatan panas dari sekumpulan zat ke kumpulan zat teangganya. Perambatan tersebut terjadi akibat gerak molekul di sekitar titik seimbangnya yang menjadi pola estafet panas secara berkelanjutan (Satira, 2013).
        Persamaan dasar untuk konduksi satu dimensi dalam keadaan stedi dapat ditulis (Satira, 2013) :
Dimana :
T = Temperature cairan (ºC)
T0 = Temperatur lingkungan (ºC)
K = Konstanta pendinginan air
t = Waktu (s)
b.    Konveksi
        Konveksi adalah proses transpor energi dengan kerja gabungan dari koduksi panas,  penyimpanan energi dari gerakan mencampur. Perpindahan panas dengan cara konveksi lebih disebabkan oleh perilaku “aliran” molekul yang membawa panas secara bebas, tidak terikat kuat oleh kedudukan molekul tetangganya. Oleh karena itu, perilaku konveksi cenderung terjadi pada molekul fluida. Panas dipindahkan ke tempat lain dengan “dibawa langsung” oleh molekul-molekul fluida (Satira, 2013).
c.    Radiasi
        Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di dalam ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut (Nanik, 2014).
        Semua benda memancarkan panas radiasi secara terus menerus. Intensitas pancaran tergantung pada suhu dan sifat permukaan. Energi radiasi bergerak dengan kecepatan cahaya (3 x 108 m/s) dan gejala-gejalanya menyerupai radiasi cahaya dan radiasi thermal hanya berbeda dalam panjang gelombang masing-masing (Nanik, 2014).
II.2 Uraian Bahan
1.     Aquadest (Dirjen POM;1979,Hal.96)
Nama Resmi           : AQUA DESITILLATA
Nama Lain              : Air suling
Bm/Rm                     : 18,02/ H2O
Pemerian                : Cairan jernih, tidak berwarna,
 tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan               : Sebagai sampel
2.    Gliserin (Dirjen POM;1979,Hal.273)
Nama Resmi           : GLYCEROLUM
Nama Lain              : Gliserin
Bm/Rm                     : 92,10/ C3H8O3
Pemerian                : Jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
 manis diikuti rasa hangat.
Kelarutan                : Dapat campur dengan air, dan dengan
 etanol (95) P, praktis tidak larut
 dalam kloroform P, dalam eter P, dan
 dalam minyak lemak.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan               : Zat tambahan


3.    Minyak Goreng atau Minyak Kelapa (Dirjen POM;1979,Hal.456)
Nama Resmi                       : OLEUM COCOS
Nama Lain                          : Minyak kelapa
Bm/Rm                                 : -
Pemerian                            : Cairan jernih, tidak berwarna atau
 kuning pucat, bau khas, tidak tengik.
Kelarutan                            : Larut dalam 2 bagian etanol (95) P
 pada suhu 60, sangat mudah larut
 dalam kloroform P, dan eter P.
Penyimpanan                    : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
 dari cahaya, di tempat sejuk.
Kegunaan                           : Sebagai zat tambahan

BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
        Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah bunsen, gegep, gelas ukur, rak tabung, stopwatch, tabung reaksi dan termometer.
III.1.2 Bahan
        Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aquadest, gliserin dan minyak goreng.
III.2 Cara Kerja
        Adapun cara kerja pada percobaan ini, yaitu :
1.    Disiapakan alat dan bahan
2.    Ditimbang gelas ukur kosong
3.    Dimasukkan sampel ke dalam tabung reaksi dengan volume 10 mL
4.    Ditimbang gelas ukur isi
5.    Dimasukkan tabung reaksi yang berisi sampel ke dalam gelas ukur
6.    Dipasang termometer dalam tabung reaksi dan diusahakan agar termometer tersebut tidak menyentuh dasar dan pinggiran tabung reaksi
7.    Diamati penurunan suhu pada termometer
8.    Diulangi prosedur percobaan dengan sampel lain
9.    Dihitung kalor jenis zat cair




   



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Pengamatan
No
Bahan
Suhu
Waktu
M1
M2
T1
T2
S
1
Aquadest
80°C
0 s
 
 
556 s
567 s
1,59 Joule
70°C
76 s
60°C
225 s
50°C
255 s
2
Gliserin
80°C
0 s
 
 
 
567 s
556 s
-8,46 Joule
70°C
120 s
60°C
141 s
50°C
306 s
3
Minyak Goreng
80°C
0 s
 
  
309 s
567 s
9,64 Joule
70°C
86 s
60°C
70 s
50°C
153 s

IV.2 Perhitungan
IV.2.1 Aquadest
Diketahui :
m  = 50 gram
T1  = 556 s        
T2  = 567 s
M1  =
M2  =
Ditanyakan : S …. ?
Penyelesaian :
  
 
 
 
IV.2.2 Gliserin
Diketahui :
m = 500 gram
T1 = 567 s         
T2 = 556 s
M1 =
M2 =
Ditanyakan : S …. ?
Penyelesaian :
  
=
=
 
IV.2.3 Minyak Goreng
Diketahui :
m = 10 gram
T1 = 309 s         
T2 = 556 s
M1 =
M2 =
Ditanyakan : S …. ?
Penyelesaian :
  
 
 
  
IV.3  Pembahasan
        Hukum Pendinginan Newton menyatakan bahwa laju perubahan pendinginan suatu benda sebanding dengan perbedaan antara suhu sendiri dan suhu sekitarnya (Halliday, 1996).
        Panas dapat dipindahkan dari suatu sistem ke sistem lain yang suhunya berbeda. Seperti pada batang logam yang dipanasi di satu sisi maka lama kelamaan suhu sisi lain juga akan naik. Setiap bahan memiliki kemampuan daya hantar yang berbeda-beda. Konduktivitas panas suatu zat menunjukkan kemampuan suatu zat dalam menghantarkan panas per satuan ketebalan medium, persatuan luasan dan persatuan suhu. Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari suatu daerah kedaerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut dari temperatur fluida yang lebih tinggi ke fluida lain yang memiliki temperatur yang lebih rendah. Perpindahan panas pada umumnya dapat dibedakan menjadi 3 cara perpindahan panas yaitu: konduksi (conduction, juga dikenal dengan istilah hantaran), konveksi (convection, juga dikenal dengan istilah aliran), radiasi (radiation, juga dikenal dengan istilah pancaran) (Nanik, 2014).
        Dipraktikum ini kami melakukan percobaan Pendinginan Newton pada aquadest, liserin dan minyak goreng. Aquadest memiliki massa jenis sebesar 1 , gliserin memiliki massa jenis sebesar 1,26  dan minyak goreng memiliki massa jenis sebesar0,921 .
        Jika aquadest dibandingkan dengan gliserin maka kalor jenis yang didapatkan 1,59 Joule. Kemudian, jika gliserin dibandingkan dengan aquadest maka didapatkan kalor jenis sebesar -8,46 Joule. Dan jika minyak goreng dibandingkan dengan aquadest maka didapatkan kalor jenis sebesar 9,69 Joule.
        Dari hasil praktikum yang dilakukan ternyata sampel yang paling cepat penurunan suhunya adalah minyak dan yang paling lambat penurunan suhunya adalah gliserin. Hal tersebut disebabkan karena penurunan suhu suatu zat cair dipengaruhi oleh massa jenis zat. Zat cair yang memiliki massa jenis yang lebih kecil laju penurunan suhunya semakin cepat dan sebaliknya zat cair yang memiliki massa jenis yang lebih besar laju penurunan suhunya semakin lambat.
        Terdapat faktor-faktor kesalahan pada praktikum ini, seperti kelambatan menyalakan stopwatch pada saat pengukuran penurunan suhu sampel sehingga hasil yang didapatkan tidak tepat dan saat pengukuran suhu pada sampel, termometer yang digunakan mengenai dinding tabung reaksi hal tersebut menyebabkan








BAB V
PENUTUP
V.1  Kesimpulan
        Setelah dilakukan percobaan dapat ditarik kesimpulan bahwa Hukum Pendinginan Newton menyatakan laju perubahan pendinginan suhu suatu benda sebanding dengan perubahan antara suhu sendiri dan suhu sekitar.
Kalor jenis suatu zat dapat ditentukan dengan rumus :
        Kecepatan penurunan suhu suatu sampel di tentukan oleh massa jenis sampel. Sampel yang paling cepat penurunan suhunya adalah minyak goreng dan sampel yang paling lambat penurunan suhunya adalah gliserin.
V.2  Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
        Saran kami untuk dosen yaitu sebaiknya lebih mengontrol tim asisten dan praktikannya saat praktikum sedang berlangsung.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
        Saran kami untuk asisten yaitu sebaiknya para asisten lebih tepat waktu dan sebaiknya selalu mendampingi praktikan agar tidak terjadi kesalahan pada saat melakukan praktikum.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
        Sebaiknya alat bahan pada laboratorium dilengkapi lagi, dan ada baiknya jika laboratorium diperluas agar praktikan tidak berdesakan saat praktikum.




DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
Halliday, D dan Resnick, R. Fisika Jilid I edisi ke-3. Erlangga : Jakarta.
Ruslan Hani, Ahmadi dan Handoko, Riwidikdo. 2007. Fisika Kesehatan.
Nuha Medika : Yogyakarta.
Satira, Suparno. 2013. Fisika Dasar. Institut Teknologi Bandung :
Bandung.
Suryani, Nanik dan Santosa, Edi. Pendidikan Fisika. Universitas Sanata
Dharma : Depok.


















LAMPIRAN


IMG_20171021_080337.jpg







                     (Minyak 10 mL)                                    (Pemanasan Aquadest)    






IMG_20171021_082210.jpg

IMG_20171021_080401.jpg

 






   (PemanasanGliserin)                          ( Pengukuran suhu minyak )





IMG_20171021_082210.jpg
IMG_20171021_082210.jpg
 



                                                                              


            ( Pengukuran suhu aquadest )              ( Pengukuran suhu gliserin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar